Monday, January 26, 2009

Menjemput Uang dengan Waralaba


Tak ingin kehilangan peluang menekuni bisnis makanan, para pemodal buru-buru meminang pemilik waralaba untuk segera mewaralabakan usahanya.


Keuntungan berinvestasi dalam bidang franchise menjanjikan keuntungan yang menggiurkan ketimbang menaruh uangnya di deposito. Yang menarik, selain produknya makin beragam, rentang nilai investasinya pun kian lebar. Kalau dulu untuk investasi waralaba membutuhkan modal mulai dari Rp100 juta hingga Rp3 miliar, belakangan tawarannya kian bergerak ke bawah.

.:: Coba Menerobos "Pakem" ::.
Bagi Amir Karamoy, maraknya tawaran waralaba belakangan ini tak begitu mengejutkan. Sebab, di mata pengamat sekaligus konsultan bisnis waralaba itu, Indonesia memang lahan subur untuk mengembangkan bisnis ini. Selain karena potensi pembelinya yang berlimpah, regulasinya pun belum terlalu berbelit. Bisnis ini cuma diatur oleh Peraturan Pemerintah dan SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Ayam Goreng Fatmawati, usaha rumah makan yang diusung oleh tiga wanita (Dr. Ir. Erliza Hambali, Ratna Permanik dan Hj. Fatmawati) langsung menyiapkan sistem waralaba justru saat mulai mendirikan usahanya pada tahun 2000. Alasannya, mereka ingin usahanya itu bisa segera menampung limpahan tenaga kerja yang ada di pasar. Kini mereka melenggang di pasar dengan mengusung waralaba ayam gorengnya.

Apa yang dilakukan Ayam Goreng Fatmawati jelas menerobos pakem bisnis waralaba. Pasalnya, menurut Amir Karamoy, biasanya sebuah perusahaan baru berani mewaralabakan usahanya apabila telah berhasil mengembangkan bisnisnya sendiri. Bahkan, kata dia, dalam salah satu SK Menperindag tentang bisnis waralaba disebutkan bahwa perusahaan tersebut harus bisa menunjukkan kinerja usahanya dalam tiga tahun berturut-turut. "Jadi sudah terbukti bahwa usahanya bisa berjalan, sehingga orang yang mau berinvestasi memiliki pegangan", katanya. Tapi toh Ayam Goreng Fatmawati terus berkibar dengan ayam goreng kuning dan ayam bakarnya.

Hasilnya juga tak mengecewakan. Saat ini ada lebih dari 40 gerai Ayam
Goreng Fatmawati yang menyerap 500 tenaga kerja. Jumlah tersebut langsung menjejeri gerai salah satu Rumah Makan franchise lokal lainnya.
Alasan mereka yang sukses mengembangkan usaha waralaba pada umumnya ingin berbagi keberhasilan lewat cara waralaba.

.:: Urusan Perut Paling Dominan ::.
Meski tawaran kian beragam, hingga kini usaha waralaba makanan masih mendominasi. Menurut catatan sebuah sumber, dalam dua tahun terakhir, ada lebih dari sepuluh tawaran waralaba makanan yang masuk ke pasar. Menurut Amir Karamoy, ini wajar saja karena peluang bisnis makanan dan minuman memang masih terbuka lebar. "Orang masih butuh makan dan minum," tegasnya.
Besarnya peluang untuk meraih margin laba yang tinggi dalam bisnis makanan memang menjadi alasan utama bagi banyak investor untuk menanamkan uangnya di bisnis ini.

.:: Menakar Risiko Bisnis ::.

Sebenarnya, menurut Amir, ada banyak hal yang mesti dicermati baik oleh pemilik waralaba maupun calon pembelinya. Satu hal yang dianggapnya cukup penting adalah unsur keterbukaan dari pihak pemilik waralaba dalam kaitan dengan kinerja usahanya. "Mereka harus bisa menunjukkan laba ruginya dalam dua tahun berturut-turut dan bisa dicek," katanya.

.:: Pemicu Maraknya Bisnis Waralaba ::.

1. Longgarnya regulasi untuk bisnis waralaba yang ada. Saat ini hanya diatur dalam Peraturan Pemerintah dan SK Menperindag.
2. Tingkat keuntungan yang jauh lebih tinggi ketimbang suku bunga deposito.
3. Adanya bukti bahwa bisnis waralaba menguntungkan.
4. Tingginya minat para pemilik modal untuk ikut memiliki usaha dengan cara waralaba.
5. Sulitnya mengurus SDM dan pengawasan jika ekspansi bisnis dikelola sendiri.
6. Mempertahankan kelangsungan bisnis yang sudah dikelola selama puluhan tahun.
7. Pemilik waralaba bisa berekspansi tanpa memerlukan banyak modal.
8. Cara paling cepat mengangkat sebuah merek.
9. Potensi pasar yang masih terbuka.
10. Menciptakan sebuah pasar baru bagi sebuah produk.

No comments: